Cerita Sex Jilatan Memek Basah IV
“Mas.. Mas.. kenapa Mas.. sakit ya..” tanyanya sambil menatap wajahku.
“Nggak Tiinn.. Enaakkk banget Tiinnn..” kataku sambil terengah-engah.
Lalu dia melihat ke penisku.
“Lho, Mas kok jadi kecil siich..” tanyanya heran.
“Nggak tau kenapa,” sahutku.
Kemudian kurangkul dia dan kupeluk sambil kucium pipinya. Kami tiduran sambil berangkulan.
“Terima kasih Tiinn. Tadi itu enaaakkk sekali. Mas Pri sekarang lemas.”
“Sekarang Titin pulang gih.. udah malam. Besok kesiangan..”
Lalu kucium pipinya, keningnya dan bibirnya. Dia bangkit dan memakai dasternya. Lalu mencium pipiku dan pamit pulang.
“Da..da Maaasss.. Titin pulang dulu yaa. Terima kasih Maasss..”
Aku bangun memakai celana dalamku yang tadi dipelorotkan Titin, dan tidur karena kelelahan.
Seperti biasa, setelah aku pulang dari pasar, kucari Titin.
“Kemana lagi ini anak.. pasti ketiduran lagi,” pikirku.
Aku masuk ke dalam rumahnya. Benar, dia lagi tidur memakai selimut.
“Ngapain ini orang siang-siang tidurnya kok selimutan? Apa sakit?” batinku. “Jendelanya juga ditutup?”
Kupegang keningnya,
“Nggak panas kok.. kuperhatikan tubuhnya. Kok putingnya kelihatan menonjol? Dia selimutan memakai kain jarik tipis. Jadi aku tahu kalau putingnya menonjol. Aku sibakkan selimutnya pelan-pelan. “Lho.. kok nggak pake baju..?” batinku.
Kutarik selimutnya semua. Melihat tubuh indah terpampang di hadapanku, penisku mulai berkedut. “Kok tangan kanannya ada di dalem celana dalemnya? Abis ngapain dia?” batinku. Melihat dadanya, penisku mulai tegang, kudekatkan wajahku, kucium pipinya, hidungnya, matanya. Eh.. dia menggeliat bangun. Mungkin kena angin. Jadi terasa dingin.
Dia kaget melihatku. Langsung menarik selimutnya untuk menutupi tubuhnya.
“Eh.. Mas Pri. Lagi ngapain,” katanya.
“Tadi kamu aku panggil-panggil tapi nggak jawab, lalu aku masuk. Aku kaget liat kamu tidur kok telanjang, selimutnya berantakan. Mas mau betulin selimut kamu,” kataku membela diri.
“Jadi Mas udah ngeliatin aku tidur dari tadi?”
“Lhaaa.. abis kamu tidur kok nggak pake baju. Salah kamu doong.”
“Lho.. Mas aja yang masuk ke rumah orang nggak permisi..”
“Yaa.. udah Maass pulang. Bangun sana nyuci sama masak.” kataku sambil meninggalkannya.
“Yee.. gitu aja Mas marah. Sini dulu dong Maasss..” katanya manja sambil menarik tanganku agar duduk di dipannya.
“Maaass aku kepingin seperti semalem doongg.” katanya sambil menatapku.
“Nggak ah.. masak siang-siang gini. Entar malem aja ya.”
“Nggak.. maunya sekarang..” rengeknya. filmbokepjepang.net
Tau-tau dia merangkulku dan mencium bibirku. Aku tidak bisa menolaknya, kubales, kumainkanlidahku di mulutnya.
Dia membalas. Nafasnya mulai tersengal-sengal. Selimutnya kusingkirkan, kuremas-remas susunya. Ciumanku mulai turun ke lehernya, turun lagi ke pundaknya, lalu mulutku melumat puting kanannya. Kepalanya menengadah sambil mendesis-desis. Persis seperti suara Mbak Nunung. “Oohhh.. Mas Pri.. enak Maasss..”
Lalu kurebahkan dia ke dipan. Tangannya mulai masuk ke dalam celanaku. Memegang penisku di dalam celana. Mungkin karena kurang leluasa, Titin mulai menurunkan celana pendekku dengan CD-nya sekalian. Aku bantu dengan mengangkat pantatku. Tanganku pun mulai menurunkan celana dalamnya. Akhirnya dia bugil di depanku.
“Mas curaaang.. kok kaosnya nggak dilepas..”
“Lho.. usaha doong.”
Lalu dia melepas kaosku. Kami lalu berguling-guling di dipan sempit tersebut, kutindih badannya. Mulut kami saling mengunci tidak bisa berkata apa-apa. Tangannya memegang penisku. Agak sakit. Kuraba seluruh badannya termasuk paha, punggung, perut. Setiap kuraba vaginanya, pahanya selalu direnggangkan.
Aku lalu teringat Mbak Nunung. Dulu si lelaki kok menjilati kelamin Mbak Nunung. “Kucoba ke Titin aahhh..” batinku. Lalu ciuman kuturunkan ke lehernya, kedua susunya. Jari tengah tangan kananku masuk ke belahan vaginanya. Sudah basah.
“Aaahh.. ooohh.. sshhh.. ssshh..” dia mendesah agak keras, kudiamkan karena aku yakin saat sekarang di sekeliling kontrakanku pasti sepi.Lalu ciumanku turun ke perutnya. Kujilat-jilat pusarnya. Dia makin menggelinjang. Ciumanku terus turun sampai akhirnya wajahku tepat di depan vaginanya. Aku tak peduli gimana rasanya, kucium vaginanya. Baunya segar sekali.
Titin kaget sekali saat kucium kewanitaannya. Dia bangun dan melihat saja. “Mas Pri.. Joroookk.. tempppeeek Tittiiin kok dicium..” desahnya tapi tidak tampak adanya penolakan. Saat kumasukkan lidahku, Titin mendesah, “Aaahh.. Maaass.. tempek Titiinn diapainn.. aaahh Masss.. jangan.. adduuuhh..” Aku terus saja menjilat benjolan kecil di dalam kemaluan Titin. Sementara Titin menggelinjang tidak karuan.
Kira-kira lima menit, tiba-tiba Titin menekan kepalaku dan mengangkat pantatnya sehingga aku agak sulit bernafas. “Maaasss.. Titin mau piippiiiss..” Menyemburlah cairan hangat seperti tadi malam. Karena aku sudah tahu rasanya, kujilat semuanya sampai habis. Uh, enak sekali rasanya.Manis, asin, gurih jadi satu. Aku naik ke atas dan memeluknya sambil tiduran.
“Mas.. Titin capek..” sambil wajahnya ditaruh di dadaku.
“Mas kok nggak jijik sih jilatin tempek Titin?” tanyanya.
“Mas kan sayang Titin. Jadi Mas nggak akan jijik.” sahutku sekenanya.
“Terus, pipis Titin juga dijilat? emang enak?”
“Enak kok.. kayak tajin.”
Hening sejenak.
“Mas, kalau Mas maunya diapainn,” katanya sambil memegang penisku.
“Terserah Titin aja,” kataku.
“Titin kocokin seperti semalem yaach.”
Lalu dia jongkok, mengocok-ngocok penisku yang tegang. Aku mendesah keenakan. “Aaahh.. Ooohh… sshhh..” Penisku makin tegang saja rasanya. filmbokepjepang.net
Tiba-tiba penisku terasa geli, basah dan hangat? kutengok ke bawah. Ternyata Titin sedang menjilat-jilat kepala penisku. Aku tidak tahu belajar darimana dia, yang penting yang kurasakan saat itu nikmat sekali. Mimpi dipegang tititku oleh perempuan saja aku tak pernah. Apalagi sekarang dijilat. “Aduuuhh Tiinnn.. aku kamu apaiiinn.. aaahh..”
Saat sedang enak-enaknya mengerang, tiba-tiba kok hangatnya tidak di kepalanya saja. Kulihat ke bawah, “Astaga..!” Penisku diemut. Belum berfikir yang lain, tiba-tiba ada rasa aneh di penisku, ternyata selain diemut, Titin pun menghisapnya. Tak tahan akan gelinya, aku semakin mengerang. “Tiinnn.. aku kamu apaiiinn.. Tiinnn.. kamu kok tegaaa..” Tak berapa lama aku kepengin pipis. “Tiinnn.. udaaahh.. Mass mau pipisss..” Karena tidak tahan dan Titin tidak melepaskannya, akhirnya, “Croottt.. croottt.. croottt..” Empat atau lima kali penisku menembakkan cairannya di mulut Titin. Titin kaget sekali. Sebagian ada yang tertelan dan sebagian lagi meleleh keluar dari bibirnya.
“Mas Pri jahat.. pipis kok di mulut Titin..” katanya sambil berdiri dan mengelap mulutnya dengan kain jarik. Lalu dia minum air putih.
“Titin juga siihhh.. Mas bilang udah.. udah, tapi Titin nggak mau lepasin,” balasku.
“Udah sini tiduran. Mas kelonin,” sambungku.
Sambil kukelonin, kucium pipinya.
“Titin kok mau ngisep singkongnya Mas? Apa nggak jijik. Khan jorok,” pancingku.
“Lho, kata Mas kalau sayang kan nggak jijik.”
“Tadi pipis Mas gimana rasanya? Enaakk?”
“Enak Mas. Kayak santen tapi agak asin.”
“Titin belajar dari mana?”
“Waktu Titin ngintip, Titin liat Mbak Nunung ngisep tititnya Oom. Kayaknya Oom itu keenakan. Terus Titin mau Mas juga keenakan. Ya Titin ikut-ikutan Mbak Nunung.”
“Mas, Titin malu mau ngomong sama Mas.”
“Ngomong aja. Sama Mas kok malu.”
“Titin juga punya bacaan. Titin dapet sewaktu beli koran bekas untuk bungkus. Ada dua Mas. Yang satu Eni Arrow, yang satu Nick Carter.”
“Sewaktu Titin baca, badan Titin merinding semua. Terus susu sama tempek Titin jadi gatel.”
Ooohh pantes dia cepet belajar. Dari situ toh sumbernya. Ditambah live show.
Selama kelonan, dadanya menghimpit dadaku. Terasa hangat dan kenyal. Lama-lama penisku keras lagi. Kucium pipi dan bibirnya lagi. Dia pun menyambutnya dengan mesra. Kami berciuman, bergulingan. Tanganku pun mulai bergerilya lagi.
Ke susunya, punggungnya, lehernya, selangkangannya. Akhirnya tangan kananku berhenti di daging lunak di selangkangannya. Aku mulai mengusap-usap klitorisnya. Dia makin mendesah-desah nggak karuan. “Aaahh.. Maaass.. Titin sayang sama Mas Pri.. shhh.. aaahh.. enak Masss.. teruuuss Masss..” Sementara tangannya mulai meremas-remas punyaku. Penisku sudah pada puncaknya sekarang.
Tiba-tiba Titin melepaskan pelukannya.
“Masss.. Titin mau seperti Mbak Nunung.. Mas mau khaaann..” katanya sambil menatap mataku.
Ada permintaan tulus di sana, ada gelora di sana, ada sesuatu yang aneh di sana.
“Tapi Mas takuutt.. Nanti gimana? Kita khan belum pernah..”
“Tapi Titin mau Masss..” katanya lagi.
Lalu penisku diusap-usapkan ke mulut vaginanya yang sudah basah.
“Aaahh.. sshhh..” dia mendesah.
Mendengar desahannya, aku mulai bertindak. Kukangkangkan pahanya, terlihatlah vaginanya yang tembem dengan rambut halus dan jarang, bagian dalamnya yang merah muda dan ada tonjolan daging sebesar kacang kedele. Vaginanya ternyata sudah basah sekali. Merah berkilat-kilat. Kusentuh kacang kedele itu.
“Aaccchh.. Masss.. ssshh..”
Oh, jadi ini toh yang bikin dia menggelinjang itu. Kusentuh lagi.
“Aaccchh.. Masss.. ssshh.. diapain siiicchh Mas.. nakal amat siihh..” desahnya. Bersambung